Selasa, 01 September 2015

dampak dampak tanam paska

DAMPAK-DAMPAK TANAM PAKSA Tanam paksa yang direncanakan Bosch pada dasarnya sudah baik rumusannya, tetapi dalam pelaksanaannya hal tersebut tidak dapat dilakukan sesuai harapan. Karena permasalahannya terdapak oknum yang bertugas melaksanakan tugas tersebut. Tetapi karena di cita-citakan dan dorongan yang mereka dapatkan sehingga pelaksanaannya tidak sesuai dengan harapan. Ditambah dengan budaya korupsi yang belum hilang dari masa sebelumnya. Hal ini yang membuat gagalnya sistem yang telah dirancang oleh Bosch. Mungkin apabila penangnannya bagus maka sisitem ini akan berjalan sesuai dengan mestinya. Dan karena tidak berjalan dengan semestinya timbul banyak dampak yang membertakan bagi penduduk. Maka adanya dampak-dampak yang dirasakan oleh rakyat dan tidak dapat dihindari lagi. Dari pelaksanaan sisitem tanam paksa yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sehingga pelaksanaannya melenceng dari apa yang diharapakan. Karena masalah-masalah dari pelaksanaan tersebut timbullah akibat-akibat tanam paksa, diantaranya adalah: 1. Karena untuk memenuhi kebutuhan pokok perdagangan yaitu tanaman eksport, petani lebih fokus untuk menenami tanaman eksport yang tanahnya diambil dari sawah-sawah yang mereka miliki, sehingga tanah untuk menanam padi berkurang. Sedangkan petani juga perlu menanam padi unutk kebutuhan mereka. 2. Setelah adanya sisitem tanam paksa yang memberatkan rakyat ternyata pemerintahy koloni dan kepala rakyat menambah pekerjaan lagi dengan pekerjaan rodi. Pekerjaan rodi yang meliputi pembangunan dan pemeliharaan umum, seperti: jalan-jalan, waduk, dll. Hal ini sungguh memberatkan rakyat dengan pekerjaan yang makin bertambah. 3. Pekerjaan rosi untuk pembangunan dan memlihara benteng-benteng untuk kolonial. Untuk pekerjaan ini diambil penduduk setempat dari tempat yang jauh. Karena pekerjaan rodi yang berat perawatan kesehatan sangat kurang, sehingga banyak penduduk yang meninggal akibat penyakit, kekurangan maklanan, dll. 4. Peningkatan produksi sehingga penanaman silih berganti antara Jawa, panen nti ditanah yang sama dan perbaikan irigasi. Tetepi, hal ini hanya terjadi di jawa timur, sedangkan didaerah lain karena pemerintah koloni lebih memfokuskan pada penanaman eksport sehingga tidak melihat kelemahan yang ditimbulkannya yang terjadi di Cirebon. Cirebon yang dipaksa membayar pajak dengan beras padahal daerah mereka paling sedikit menghasilkan beras. Tahun 1843 di pantai utara jawa, panen padi gagal, sehingga rakyat cirebon kelaparan. Banyak penduduk yang menungsi dan ada sebagian penduduk yang lemah meninggal dipinggir jalan. 5. Tragedi serupa terjadi di Demak tahun 1849 dan di Grebongan tahun 1850. Akibat kegagalan panen dan wabah kelaparan, banyak penduduk yang mengungsi. 6. Disamping bekerja sesuai debgan tuntutan tanam paksa, maka rakyat juga melakukan rodi untuk kepala-kepala daerah mereka, sehinnga tak ada waktu unutk kpentingan diri sendiri. Hal-hal tersebut diatas menyebabkan timbulnya kelaparan dimana-mana seperti di Cirebon (1844), Demak (1848), dan Grobogan (1849-1850). 7. Pajak disewakan kepada pemerintah kepada orang Cina (pajak potongan pasar, keadi dll). Terlalu tinggi dibandingkan dengan kesanggupan rakyat. 8. Setelah penanaman jati, juga menjadi tanaman paksa (Cirebon daerah percontohan), Maka rakyat daerah ini mekin menderita ketika terjadi bahaya kelaparan, beribu-ribu orang meninggal. Tetapi dengan banyaknya dampak dari tanam paksa yang terjadi di Indonesia, Belnada justru tidak tau-menau tentang penderitaan yang dihadapi rekyat tersebut. Bagi akibat dari tanam paksa ini meningkatkan tingkat kemakmuran Belanda. Dengan dampak yang timbul Belanda mencoba mengurangi dan meringankan pekerjaan rakyat dengan sistem tanam paksa ini, tetapi hal tersebut tidak berhasil dicapai sehingga Belanda membuat sistem baru.sisitem ini sungguh menolak sisitem tanam paksa yang menurutnya memberatkan rakyat. Sisitem ini adalah liberal yaitu pengurangan pearn pemerintah dalam perekonomian negara jajahan secara drastis, pembebasan dari pembatas-pembatas atas perusahaan swasta di Jawa, serta akhirnya kerja paksa dan penindasan terhadap orang-orang sunda dan jawa. DAFTAR PUSTAKA Pusponogoro, Marwati Djoened dan Nugroho Noto Susanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta: Balai Puastaka. Dekker, Nyoma. 1975. Sejarah Indonesia Dalam Abad XIX 1800-1900. Malang: Lembaga Pemerintah ALMAMATER.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar